@JeroPoint

176.66K 41 9.54K

Listen to this Thread


View original tweet on Twitter

Hide Media

Gue merinding bacanya, -A Thread-

Thread ini di update berkala ya.. mau diskusi dulu cerita detailnya sama narsum. RT, Tandain dan tinggalkan jejak. Atau kalau ada yang mau bantu jawab pertanyaan sender di atas boleh ya di reply.

Semalam habis baca cerita sender, gw diskusi dengerin dia cerita detail yang sebenarnya. Sepintas ini energinya gede banget, parah, sosoknya juga kacau, ngeri coy! Kalian benar, ini bukan sekedar susuk, tapi menurut gw ini ‘perewangan’ yang sudah melekat ke darah.

Langsung aja, berikut cerita dari sender yang hanya sedikit gw rapihkan agar lebih nyaman dibaca. -----

Sebelumnya makasih banget, dari semalam aku bacain semua reply-an kalian di sini, sedih, mau nangis :( maaf, lebay. Banyak yang diungkapin teman-teman di sini mirip sama kejadian ibuku.

Panggil aja aku Maya. Aku bingung cerita dari mana, Aku tinggal di jawa tengah, keluargaku jawa tulen, kami tipikal keluarga jawa yang mempraktikan toto kromo wong jawa dengan kental.

Setidaknya sampai yangkung (eyang) meninggal, sejak saat itu keluarga besar kami seperti cerai berai, konfliknya klise—perihal perebut warisan.

Ibuku sebagai anak pertama dalam keluarga justru mengalah, dia hanya menerusi usaha yang anak-anak lain tidak ingin lanjutkan.

Sejak saat itu, ibu melanjutkan usaha Yangkung sebagai pemilik rumah makan ayam dan bebek yang mana semenjak dipegang ibu rumah makan itu berkembang pesat sampai punya banyak cabang di sepanjang jawa tengah sampai timur.

Kurasa bisnis ibu cukup ternama, kalian generasi 2010-an pasti tau jika kusebutkan nama rumah makan ibu.

“Semua berkat ilmu yang diajarkan Yangkung, ojo durhoko, le.” Ucap ibu tiap kali ditanya saat kumpul keluarga besar tips mengembangkan usahanya sampai sebesar itu.

Tiap kali ibu menjawab, pasti suasana meja makan langsung canggung, semua saling tatap tanpa ada yang berani mengutarakan.

Kalian tau lesung tumbuk padi? Kayu jati asli yang diukir memanjang untuk menumbuk padi, bobotnya berat. (nanti diakhir thread, jika diizinkan aku akan share fotonya)—itu adalah benda peninggalan yangkung pertama yang paling di sayang ibu

sampai dia awal-awal sakit pun datang beberapa orang yang sepertinya kolektor menawar lesung tumbuk padi itu dengan harga tinggi, tapi ibu selalu tolak mentah-mentah dengan kasar—

yang paling kuingat ialah saat terakhir kali ibu sambil batuk-batuk marah ke kolektor yang menanyai harga lesung itu, “Berani bayar berapa kau harga nyawaku?”

Sejak dulu saat masih sehat, ibu selalu menumbuk lesung setiap pukul 5-6 pagi, saat transisi fajar dari gelap ke terang, ibu membunyikan lesung itu dengan irama, dia tampak senang tiap kali menumbuk lesung seakan mendapat energi baru untuk mengawali harinya.

Sekarang, sejak ibu sakit, lesung itu dibiarkan ditempatnya, di Gudang belakang dekat dengan sumur rumah kami. Tak ada yang berani mengutak-utik sampai sekarang jadi penuh debu.

Namun sejak ibu sakit, lesung itu jadi menyeramkan, dia suka bunyi sendiri setiap tengah malam, seperti ada yang menggunakan, terakhir itu kejadian tadi malam, saat aku lagi cerita ini ke Kak jero.

Mulanya ibu mengeluh sering sakit punggung dan batuk-batuk, beberapa kali muntah darah sampai akhirnya di diagnosa TB Paru, badan ibu perlahan mulai kurus. Nah semenjak itu, Ibu selalu pakai baju terusan warna hijau. Dia tidak pernah mau mengganti baju selain warna hijau

Aku sempat bertanya-tanya soal ini, dan mulai mencium ada yang gak beres. Tapi kenapa warna hijau? Kalian ada yang tau kah? ..

Sampai satu waktu, ibu jatuh di dekat sumur, kepalanya terbentur, sejak saat itu ibu kena stroke iskemik (semacam akibat pembuluh darah yang menyumbat otak) Ibu gak sadarkan diri di rawat di RS hampir dua bulan,

pas motoriknya mulai menunjukan tanda-tanda pergerakan, Ibu diperbolehkan pulang. Tapi semenjak dirumah kesehatannya malah terus menurun, sampai akhirnya dinyatakan lumpuh.

Dokter bilang, organ-organ vital ibu sebenarnya sudah tidak sanggup lagi untuk mengorganisir tugasnya— metamorfosanya ialah ibu seperti “Mayat Hidup”.

Seiring ibu sakit, bisnis rumah makan ibu juga bangkrut, satu per satu cabang tutup. Bapak gak peduli, bapak malah fokus ke pengobatan Ibu, dia mendatangkan banyak dukun dan orang pintar ke rumah , walau pun hasilnya sia-sia.

1 tahun setelah ibu sakit tak berdaya, Bapak terindikasi stress berat sampai dia didiagnosa gangguan jiwa, sudah beberapa kali keluar masuk rumah sakit jiwa, Bapak seperti ketakutan di intimidasi oleh makhluk yang hanya dia sendiri yang lihat.

Tapi kepulangan terakhir dari RSJ, dia sudah tampak sembuh, bahkan aku takjub Bapak bisa normal seperti sedia kala, namun besok malamnya, Aku dengar bapak menembang lagu jawa sambil mengusap kening ibu, bapak juga menari pelan.

Malam itu aku melihat bapak berbeda, walau pun ibu terbaring, tapi aku melihat semacam ada romansa pedih diantara mereka. Aku balik ke kamar, pas mau tutup jendela, aku melihat bapak berjalan keluar , aku kaget.

Tadi banget, aku lihat bapak di kamar ibu, gak mungkin secepat itu bapak turun. Kamar kami ada di lantai dua. Kulihat bapak tersenyum menatapku di jendela,

namun habis itu aku menjerit sejadi-jadinya saat melihat bapak menancapkan kepalanya ke ujung gerbang yang meruncing—besi ujung gerbang itu menembus sampai ke kepala belakang Bapak. Sampai sekarang aku gemetar tiap ingat kejadian itu.

Kematian bapak jadi omongan orang-orang, ada kenalan bapak yg datang kelayatan, dia memperkenalkan dirinya si Mbah kawan dekat Bapak. Namun jujur, aku tidak pernah lihat sebelumnya,

Si Mbah ini bilang, "Taryadi meninggal karena keinginannya sendiri. Dia terlalu mencintai ibumu. Kalian hati-hati, Mbah belum tau kenapa perewangan itu sekarang berbalik." Taryadi adalah nama Bapak.

Gue merinding bacanya, -A Thread- Thread ini di update berkala ya.. mau diskusi dulu cerita detailnya sama narsum. RT, Tandain dan tinggalkan jejak. Atau kalau ada yang mau bantu jawab pertanyaan sender di atas boleh ya di reply.Semalam habis baca cerita sender, gw diskusi dengerin dia cerita detail yang sebenarnya. Sepintas ini energinya gede banget, parah, sosoknya juga kacau, ngeri coy! Kalian benar, ini bukan sekedar susuk, tapi menurut gw ini ‘perewangan’ yang sudah melekat ke darah.Langsung aja, berikut cerita dari sender yang hanya sedikit gw rapihkan agar lebih nyaman dibaca. -----Sebelumnya makasih banget, dari semalam aku bacain semua reply-an kalian di sini, sedih, mau nangis :( maaf, lebay. Banyak yang diungkapin teman-teman di sini mirip sama kejadian ibuku.Panggil aja aku Maya. Aku bingung cerita dari mana, Aku tinggal di jawa tengah, keluargaku jawa tulen, kami tipikal keluarga jawa yang mempraktikan toto kromo wong jawa dengan kental.Setidaknya sampai yangkung (eyang) meninggal, sejak saat itu keluarga besar kami seperti cerai berai, konfliknya klise—perihal perebut warisan.Ibuku sebagai anak pertama dalam keluarga justru mengalah, dia hanya menerusi usaha yang anak-anak lain tidak ingin lanjutkan.Sejak saat itu, ibu melanjutkan usaha Yangkung sebagai pemilik rumah makan ayam dan bebek yang mana semenjak dipegang ibu rumah makan itu berkembang pesat sampai punya banyak cabang di sepanjang jawa tengah sampai timur.Kurasa bisnis ibu cukup ternama, kalian generasi 2010-an pasti tau jika kusebutkan nama rumah makan ibu.“Semua berkat ilmu yang diajarkan Yangkung, ojo durhoko, le.” Ucap ibu tiap kali ditanya saat kumpul keluarga besar tips mengembangkan usahanya sampai sebesar itu.Tiap kali ibu menjawab, pasti suasana meja makan langsung canggung, semua saling tatap tanpa ada yang berani mengutarakan.Kalian tau lesung tumbuk padi? Kayu jati asli yang diukir memanjang untuk menumbuk padi, bobotnya berat. (nanti diakhir thread, jika diizinkan aku akan share fotonya)—itu adalah benda peninggalan yangkung pertama yang paling di sayang ibusampai dia awal-awal sakit pun datang beberapa orang yang sepertinya kolektor menawar lesung tumbuk padi itu dengan harga tinggi, tapi ibu selalu tolak mentah-mentah dengan kasar—yang paling kuingat ialah saat terakhir kali ibu sambil batuk-batuk marah ke kolektor yang menanyai harga lesung itu, “Berani bayar berapa kau harga nyawaku?”Sejak dulu saat masih sehat, ibu selalu menumbuk lesung setiap pukul 5-6 pagi, saat transisi fajar dari gelap ke terang, ibu membunyikan lesung itu dengan irama, dia tampak senang tiap kali menumbuk lesung seakan mendapat energi baru untuk mengawali harinya.Sekarang, sejak ibu sakit, lesung itu dibiarkan ditempatnya, di Gudang belakang dekat dengan sumur rumah kami. Tak ada yang berani mengutak-utik sampai sekarang jadi penuh debu.Namun sejak ibu sakit, lesung itu jadi menyeramkan, dia suka bunyi sendiri setiap tengah malam, seperti ada yang menggunakan, terakhir itu kejadian tadi malam, saat aku lagi cerita ini ke Kak jero.Mulanya ibu mengeluh sering sakit punggung dan batuk-batuk, beberapa kali muntah darah sampai akhirnya di diagnosa TB Paru, badan ibu perlahan mulai kurus. Nah semenjak itu, Ibu selalu pakai baju terusan warna hijau. Dia tidak pernah mau mengganti baju selain warna hijauAku sempat bertanya-tanya soal ini, dan mulai mencium ada yang gak beres. Tapi kenapa warna hijau? Kalian ada yang tau kah? ..Sampai satu waktu, ibu jatuh di dekat sumur, kepalanya terbentur, sejak saat itu ibu kena stroke iskemik (semacam akibat pembuluh darah yang menyumbat otak) Ibu gak sadarkan diri di rawat di RS hampir dua bulan,pas motoriknya mulai menunjukan tanda-tanda pergerakan, Ibu diperbolehkan pulang. Tapi semenjak dirumah kesehatannya malah terus menurun, sampai akhirnya dinyatakan lumpuh.Dokter bilang, organ-organ vital ibu sebenarnya sudah tidak sanggup lagi untuk mengorganisir tugasnya— metamorfosanya ialah ibu seperti “Mayat Hidup”.Seiring ibu sakit, bisnis rumah makan ibu juga bangkrut, satu per satu cabang tutup. Bapak gak peduli, bapak malah fokus ke pengobatan Ibu, dia mendatangkan banyak dukun dan orang pintar ke rumah , walau pun hasilnya sia-sia.1 tahun setelah ibu sakit tak berdaya, Bapak terindikasi stress berat sampai dia didiagnosa gangguan jiwa, sudah beberapa kali keluar masuk rumah sakit jiwa, Bapak seperti ketakutan di intimidasi oleh makhluk yang hanya dia sendiri yang lihat.Tapi kepulangan terakhir dari RSJ, dia sudah tampak sembuh, bahkan aku takjub Bapak bisa normal seperti sedia kala, namun besok malamnya, Aku dengar bapak menembang lagu jawa sambil mengusap kening ibu, bapak juga menari pelan.Malam itu aku melihat bapak berbeda, walau pun ibu terbaring, tapi aku melihat semacam ada romansa pedih diantara mereka. Aku balik ke kamar, pas mau tutup jendela, aku melihat bapak berjalan keluar , aku kaget.Tadi banget, aku lihat bapak di kamar ibu, gak mungkin secepat itu bapak turun. Kamar kami ada di lantai dua. Kulihat bapak tersenyum menatapku di jendela,namun habis itu aku menjerit sejadi-jadinya saat melihat bapak menancapkan kepalanya ke ujung gerbang yang meruncing—besi ujung gerbang itu menembus sampai ke kepala belakang Bapak. Sampai sekarang aku gemetar tiap ingat kejadian itu.Kematian bapak jadi omongan orang-orang, ada kenalan bapak yg datang kelayatan, dia memperkenalkan dirinya si Mbah kawan dekat Bapak. Namun jujur, aku tidak pernah lihat sebelumnya,Si Mbah ini bilang, "Taryadi meninggal karena keinginannya sendiri. Dia terlalu mencintai ibumu. Kalian hati-hati, Mbah belum tau kenapa perewangan itu sekarang berbalik." Taryadi adalah nama Bapak.

Unroll Another Tweet

Use Our Twitter Bot to Unroll a Thread

  1. 1 Give us a follow on Twitter. follow us
  2. 2 Drop a comment, mentioning us @unrollnow on the thread you want to Unroll.
  3. 3Wait For Some Time, We will reply to your comment with Unroll Link.